Kamis, 24 Maret 2016

DHARMA WACANA TENTANG CINTA KASIH DALAM HINDU

Yang terhormat Bapak/Ibu dewan juri .
Yang terhormat Panitia Penyelenggara ,
dan Umat Sedharma yang saya muliakan .
Om Swastiastu ,
Om Swastiastu namo siwa budaya ,
Om Swastiastu namo sidham
Om Sidhirastutasastu swaha
Om anobadrah kertawiyantuwiswatah

Umat sedharma yang saya banggakan , pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena astung kertha  ware nugrahe-Nya, kita dapat berkumpul bersama-sama di tempat ini dalam keadaaan sehat . 
Dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan sepatah dua patah kata tentang Cinta kasih dalam Hindu .
Umat sedharma yang saya sayangi , sudah menjadi kata yang terpadu antara cinta dan kasih. Tentu makna kasih lebih dalam dari pada cinta. Dalam mengasihi sudah terkandung makna mencintai. Cinta adalah perasaan pada kesenangan, kesetiaan, kepuasan terhadap suatu obyek. Sedangkan kasih adalah perasaan cinta yang tulus lascarya terhadap suatu obyek. Kenapa dalam mengekspresikan sikap ini selalu digunakan gabungan kata cinta dan kasih? Pertanyaan ini menjadi menarik ketika seseorang baru sanmpai sebatas cinta. Lalu apa yang menjadi kebutuhan yang lebih tinggi lagi dari cinta? Dapat dipastikan jawabannya adalah kasih.
Ternyata perbedaannya terletak pada kesanggupan dan kemampuan memahami hakikat cinta dan kasih. Adapun yang menjadi obyek dari cinta kasih itu adalah semua ciptaan Sanghyang Widhi Wasa. Tuhan Yang Maha Esa. Ciptaan Tuhan dapat digolongkan dalam tingkatan sesuai eksistensinya atau kemampuannya yaitu “eka pramana” ialah makhluk hidup yang hanya memiliki satu aspek kemampuan berupa bayu/tenaga/ hidup, seperti tumbuh-tumbuhan. “Dwi pramana” ialah makhluk hidup yang memiliki dua aspek kemampuan berupa bayu dan sabda/bicara, seperti hewan/binatang. “Tri pramana” ialah makhluk hidup yang memiliki tiga aspek kemampuan berupa bayu, sabda dan idep/pikiran, seperti manusia.
Tri Hita Karana. Untuk dapat menghayati lebih luas lagi, ajaran cinta kasih dapat diwujud-nyatakan dalam interaksi sosial religius yaitu antara sesama manusia (pawongan), antara manusia dengan alam lingkungan (palemahan), dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (parahyangan). Ketiga hal ini dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.

Umat sedharma yang sedang berbahagia,
Adapun yang mendasari cinta kasih adalah ajaran yang menyatakan bahwa aku adalah kamu. Maknanya dikembangkan lagi: engkau adalah dia, dia adalah mereka dan seterusnya. Inilah yang sering disebut dengan ”Tat Twam Asi” yang dinyatakan dalam kitab Chandogya Upanisad VI. 14. 1.


Umat sedarma yang saya banggakan ,
Cinta kasih bukanlah sekedar penghias bibir atau buah bibir yang berbunga-bunga, akan tetapi sebuah realita yang tulus lascarya tanpa pamrih. Sesungguhnya bagi siapa saja yang telah mencapai tahap ini dapat dipastikan kehidupannya semakin tenteram, tenang, damai dan bahagia. Cinta kasih yang tulus lascarya memberikan dampak yang sangat fundamental dalam memberikan arti dan makna kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Dimensi waktu yang lampau, yang sekarang dan yang akan datang merupakan perputaran cakra kehidupan yang harus dilalui dengan semangat cinta kasih nan kunjung padam kepada semua ciptaan Sanghyang Widhi Wasa.
Dalam Brhadaranyaka Upanisad I. 4. 10. dinyatakan : “Aham Brahman Asmi” yang artinya Aku adalah Brahman/Tuhan. Sedangkan dalam Chandogya Upanisad III. 14. 3. dinyatakan : “Sarwam khalu idam Brahman” yang artinya semua ini adalah Brahman/Tuhan.
Dengan demikian tidak ada satupun di dunia ini yang lepas dari Dia. Menyadari bahwa asal dan tujuan kembalinya semua yang ada di dunia ini adalah sama, maka tidak ada satupun di dunia ini yang memiliki kekuatan hukum yang abadi, kecuali Tuhan. Yang berbeda hanyalah jasad materi yang sewaktu-waktu bisa berubah atau tidak kekal. Lalu apa yang harus dibangga-banggakan yang mengarah pada rusaknya perdamaian, kerukunan, ketenteraman, ketenangan, kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia di dunia ini? Sejatinya kebanggaan sebagai umat manusia yang religius, karena berbudi luhur dan prestasi. Mengekspresikan kebanggaan hendaknya dengan arif dan bijaksana serta menampilkan simpati. Hal ini hendaknya menjadi renungan bagi tumbuhnya spiritualitas, moralitas dalam rangka meningkatkan sraddha kepada Sanghyang Widhi Wasa. Percaya kepada Tuhan sudah termasuk di dalamnya cinta kasih pada sesama manusia dan cinta kasih kepada alam lingkungan.

Umat sedharma yang saya muliakan,
Untuk mencapai keseimbangan cinta kasih dapat diwujudkan dalam hubungan garis vertikal dan horizontal. Terlebih lagi memasuki abad modern dan global dibutuhkan pemikiran secara arif dan bijaksana. Di satu sisi dituntut bersikap rasional, namun di sisi lain masih diperlukan curahan emosi spiritual terutama dalam hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Maha Pencipta alam semesta beserta isinya.
Jalan terbaik adalah bagaimana mensinergikan emosi spiritual dengan sikap rasional. Dalam hal ini relevansi keseimbangan cinta kasih dengan abad modern lebih difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memegang teguh nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan dan kealaman.
Saling mencintai dan mengasihi satu sama lain dan kepada siapa saja tanpa memandang perbedaan fisik akan memberikan keseimbangan cinta kasih. Dalam Yajur Weda 32. 8 dinyatakan “Sa’atah protasca wibhuh prajasu” yang artinya Tuhan terjalin dalam makhluk yang diciptakan.
Cinta kasih Dalam Keluarga. Yang sangat menonjol bagi manusia modern mengenai konsep cinta dalam kehidupan berkeluarga dalam Weda adalah keterbukaan. Masalah kehidupan rumah tangga ialah menciptakan keselarasan dan kesesuaian seperti pada alam sesuai dengan hukum abadi (Rta).
Umat sedarma yang saya cintai ,
Dalam Atharwa Weda III.30 dinyatakan perkataan Pendeta kepada kelompok keluarga : ”Aku membuat engkau bersatu dalam hati, bersatu dalam pikiran, tanpa rasa benci, mempunyai ikatan satu sama lain seperti anak sapi yang baru lahir dari induknya. Agar anak mengikuti Ayahnya dalam kehidupan yang mulia dan sehaluan dengan Ibunya. Agar si isteri berbicara yang manis, mengucapkan kata-kata damai kepada suaminya. Agar sesama saudara, laki atau perempuan tidak saling membenci. Agar semua bersatu dan menyatu dalam tujuan yang luhur dan berbicara dengan sopan. Semoga minuman yang engkau minum bersama dan makan makanan bersama.”
Konsep hubungan garis vertikal dan horizontal juga berlaku dalam kehidupan keluarga agar mencapai satu tujuan luhur yaitu keharmonisan, ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan bersama. Kebersamaan yang begitu menonjol dalam kehidupan keluarga inti menjadi parameter ke tingkat kehidupan keluarga yang lebih besar dan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Umat sedharma yang saya sayangi ,
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa ajaran cinta kasih adalah bersifat umum (Samana) dan universal (Sadharana). Dalam perspektif Hindu ajaran cinta kasih diwujudnyatakan dalam hubungan garis vertikal dan horizontal yang dikenal dengan Tri Hita Karana. Cinta kasih dapat diwujudkan apabila manusia memahami
secara sinergi antara perasaan emosi spiritual dan sikap rasional yang dilandasi dengan ajaran “Tat Twam Asi,” “Sarwam khalu idan Brahman,” “Aham Brahman asmi.”
Umat sedharma yang saya cintai ,
Sekian yang dapat saya sampaikan . Apabila ada tutur kata saya yang salah , saya mohon maaf yang sebesar-besarnya . Semoga apa yang saya sampaikan tadi dapat bermanfaat bagi kita semua , khususnya bagi Umat Hindu sekalian . Dan saya akhiri dengan paramesanti , Om Santi, Santi , Santi , Om


LAPORAN PRAKTIKUM SEL VOLTA

Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan Laporan ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Elektrokimia yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Laporan ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya Laporan ini dapat terselesaikan.
Semoga Laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun dalam penyusunan Laporan ini saya menyadari bahwa tidak akan luput dari berbagai macam kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami harapkan partisipasi pembaca untuk menberikan pesan,kesan dan kritiknya atas Laporan kami ini.
Atas pesan , kesan dan kritik yang pembaca sampaikan demi kemajuan Laporan ini pada masa yang akan datang  kami ucapkan terimakasih.



Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi..........................................................................................................1
BAB I :
a)    Tujuan Penelitian....................................................................................3
b)   Dasar Teori............................................................................................3
c)    Alat dan bahan.......................................................................................3
d)   Tabel.....................................................................................................4
e)    Analisi Data............................................................................................5
BAB II :
a)    Pengembangan Konsep...........................................................................6
BAB III :
a)    Kesimpulan............................................................................................10
b)   Lampiran...............................................................................................11
c)    Daftar Pustaka.......................................................................................15






BAB I

Sel Volta


1)   Tujuan Penelitian:       
- Siswa dapat merakit dan mengukur potensial sel volta;
- Merangkai Sel Volta dan menghitung potensialnya.

2)   Dasar Teori:
Sel volta atau sel galvani adalah sel elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks dan menghasilkan arus listrik. Sel volta terdiri atas elektroda, tempat berlangsungnya reaksi oksidasi disebut anoda(elektrode negative), dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi disebut katoda(elektrode positif).
Rangkaian sel volta terdiri atas elektrode Zn (logam Zn) yang dicelupkan ke dalam larutan ZnSO4 dan elektrode Cu (logam Cu) yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO4.
Kedua larutan itu dihubungkan dengan jembatan garam yang berbentuk huruf U yang diisi dengan garam NaCl atau KNO3 dalam agar-agar (gelatin). Sedangkan, kedua elektrode dihubungkan dengan alat petunjuk arus, yaitu voltmeter melalui kawat.
Bila elektrode Zn dan Cu dihubungkan dengan sebuah kawat maka akan terjadi energi listrik (menghasilkan energi listrik). Untuk menjaga kenetralan listrik dari kedua larutan di atas maka kedua larutan tersebut dihubungkan dengan jembatan garam. Jembatan garam menyebabkan elekton mengalir secara terus menerus melalui kawat.
Potensial sel (Eosel) adalah potensial listrik yang dihasilkan oleh suatu sel volta. Besarnya potensial sel dari suatu reaksi redoks dalam sel volta dapat ditentukan melalui:
1.           Percobaan dengan menggunakan voltmeter atau potensiometer.
2.           Perhitungan berdasarkan data potensial elektroda unsur-unsur sesuai dengan reaksinya.
Text Box: Eo sel = Eokatode – Eoanode
Atau
Text Box: Eosel = Eoreduksi-Eooksidasi
Potensial elektroda merupakan ukuran besarnya kecenderungan suatuunsur untuk melepas atau menyerap elektron. Untuk membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektroda pembanding yaitu elektroda hidrogen. Potensial yang dihasilkan oleh suatu elektroda yang dihubungkan dengan elektroda hidrogen disebut potensial elektroda.

Ada dua kemungkinan:
·                    Jika potensial electrode bertanda (+) maka electrode lebih mudah mengalami reduksi.
·                    Jika potensial electrode bertanda (-) maka electrode lebih mudah mengalami oksidasi.
Harga potensial sel tergantung pada jenis elektroda, suhu, konsentrasi ion dalam larutan, dan jenis ion dalam larutan.
Perlu diingat bahwa: Unsur/electrode yang mempunyai E lebih kecil akan mengalami oksidasi dan berfungsi sebagai anoda, dengan E0 oksidasi = - E0 reduksi.
Syarat reaksi redoks berlangsung spontan, yaitu logam untuk anoda terletak sebelah kiri logam untuk katoda dalam deret volta.
Deret Volta merupakan urutan logam-logam(ditambah hidrogen) berdasarkan kenaikan potensial elektroda standarnya.
Li - K - Ba - Sr - Ca - Na - Mg - Al - Mn - Zn - Cr -Fe - Ni - Co - Sn - Pb - H - Cu - Hg - Ag - Pt – Au
Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut semakin mudah teroksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut semakin mudah tereduksi. Oleh karena itu, untuk melindungi suatu logam dari reaksi oksidasi (perkaratan) maka logam tersebut perlu dihubungkan dengan logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut dalam deret volta atau disebut sebagai perlindungan katodik.

3)   Alat dan Bahan
1.    Gelas kimia
2.    Jembatan garam
3.    Volt Meter
4.    Kabel / Jepit Buaya
5.    Lempeng Logam, Zn, Cu, Mg, Fe
6.    Larutan CuSO4
7.    Larutan ZnSO4
8.    Larutan FeSO4
4)   Cara Kerja
1.    Masukkan 50ml larutan ZnSO4 dan Celupkan lempeng Zn
2.    Masukkan 50ml larutan CuSO4 dan Celupkan lempeng Cu
3.    Hubungkan kedua larutan dengan jembatan garam
4.    Hubungkan kedua larutan dengan jepit buaya ke Voltmeter
5.    Lakukan langkah 1 s/d 4 dengan larutan setengah sel lainnya tercantum pada tabel sebagai berikut
sel volta.jpg

TABEL
Setengah Sel Katoda
Setengah Sel Anoda
A.
Cu2+/Cu
B.
Zn2+/Zn
C.
Fe/Fe2+
1. Cu/Cu2+
======================
-2
+100
2. Zn/Zn2+
+1
====================
+100
3. Fe/Fe2+
-1
-1
=====================









ANALISIS DATA
Persamaan reaksi setengah sel dan bagan diagram sel serta perhitungan potensial sel
-          Cu sebagai oksidator dan Zn sebagai reduktor
Diagram: Cu/Cu2+//Zn2+/Zn
Oks : Cu à Cu2+ + 2e     Eo= 0,34
Red : Zn2+ + 2e à Zn     Eo= - 0,76 -
Cu + Zn2+à Cu2+ + Zn    Eo= - 1,1 v
-          Zn sebagai oksidator dan Cu Sebagai reduktor
Diagram: Zn/Zn2+//Cu2+/Cu
Oks : Znà Zn2+ + 2e      Eo=-0,76
Red : Cu2++ 2eà Cu       Eo= 0,34 -
Zn + Cu2+à Zn2++Cu      Eo= 1,1 v
-          Cu sebagai oksidator dan Fe sebagai reduktor
Diagram Cu/Cu2+/Fe2+/Fe
Oks : Cu à Cu2+ + 2e     Eo=0,34
Red : Fe2+ +2eà Fe        Eo= -0,44 -
Cu + Fe2+à Cu2+ + Fe    Eo= - 0,78v
-          Fe sebagai oksidator dan Cu sebagai reduktor
Diagram Fe/Fe2+//Cu2+/Cu
Oks : Feà Fe2+ + 2e       Eo=  - 0,44
Red : Cu2+ + 2eà Cu      Eo=  0,34 -
Fe + Cu2+à Fe2+ + Cu    Eo= 0,78 v
-          Zn sebagai oksidator dan Fe sebagai reduktor
Diagram Zn/Zn2+//Fe2+/Fe
Oks : Zn à Zn2+ + 2e     Eo= -0,76
Red : Fe2+ + 2e à Fe      Eo= - 0,44
Zn + Fe2+à Zn2+ + Fe    Eo= 0,32 v
-          Fe sebagai oksidator dan Zn sebagai reduktor
-          Diagram Fe/Fe2+/Zn2+/Zn
Oks : Fe à Fe2+ + 2e      Eo= - 0,44
Red : Zn2+ + 2e à Zn     Eo= -0,76 -
Fe + Zn2+à Fe2+ + Zn    Eo= -0,32 v
BAB II
PENGEMBANGAN KONSEP
1.Tuliskah reaksi yang terjadi pada kedua elektroda didalam sel volta.
2.Jelaskan kegunaan jembatan garam melalui ilustrasi mikroskopis.
 3. Apakah yang terjadi jika sel tersebut tidak digunakan jembatan            garam? Apakah terbentuk arus listrik atau tidak?
  4.  Jika larutan yang digunakan diganti dengan larutan nonelektrolit, apakah reaksi redoks dapat terjadi dalam sel volta? Apakah sel tersebut dapat menghasilkan arus listrik? Mengapa?
5. Diketahui :
 E0 red : Fe2+ / Fe  = – 0,44 V
Zn2+ / Zn = – 0,76 V
a.       tentukan besarnya potensial sel
b.      tulis notasi seL
c.       apakah reaksi berlangsung spontan
6. Diketahui data potensial elektrode sebagai berikut:
Cu2+(aq) | Cu(s) E°sel = +0,34 volt
Zn2+(aq) | Zn(s) E°sel = -0,76 volt
Ramalkan apakah reaksi tersebut dapat berlangsung spontan?

7. buatlah kesimpulan dari laporan tersebut?


Jawab :
 1.      a. Zn + Cu2+ Cu + Zn2+
      b). Cu2+ + Fe Cu + Fe2+
       c).  Fe2+ + Zn Fe+ Zn2+
2.     Oleh karena dalam sel volta terjadi reaksi redoks. Sehingga dibutuhkan jembatan garam untuk menyeimbangkan ion-ion yang ada di dalam larutan.  Untuk dapat lebih jelasnya, kami memberikan contoh berdasarkan salah satu percobaan diatas. Yaitu logam Cu dan Zn.
Zn dalam larutan ZnSO4 (Zn2+ dan SO42-) semakin terlihat menipis karena teroksidasi. (massa logam Zn berkurang karena terlarut sebagai ion)
Zn
à   Zn2+ + 2e .
sehingga, ion Zn2+ semakin bertambah dalam larutan dan menyebabkan larutan bermuatan positif (Zn2+ bertambah). Sedangkan, 2e hasil oksidasi akan mengalir ke larutan CuSO4 melalui kawat penghantar.
Cu dalam larutan CuSO4 (Cu2+ dan SO42-) semakin terlihat menebal karena ada reaksi reduksi yang menyebabkan logam Cu mengendap. (Massa logam Cu bertambah)
Cu2+ + 2e  à Cu
sehingga ion Cu2+ semakin berkurang dalam larutan dan menyebabkan larutan bermuatan negatif (SO42- lebih banyak).

Maka dari itu, dibutuhkan jembatan garam (NaCl sebagai larutan elektrolit inert) yang mengandung ion-ion positif dan ion-ion negatif karena berfungsi menetralkan muatan positif dan negatif dalam larutan elektrolit. Na+ akan menetralkan kelebihan ion SO42- dalam larutan CuSO4. Cl-akan menetralkan kelebihan ion dalam larutan ZnSO4.

3. Berdasarkan penjelasan diatas telah diketahui bahwa jembatan garam mengambil peranan penting dalam  sel volta. Yang bilamana kedua elektroda dihubungkan dengan sebuah kawat yang nantinya akan terjadi energi listrik (menghasilkan energi listrik), Jembatan garam juga berfungsi menjaga kenetralan listrik dari kedua larutan tersebut. Jembatan garam menyebabkan elekton mengalir secara terus menerus melalui kawat. Sehingga, jika jembatan garam tidak ada, maka tidak dapat menghasilkan energy listrik, karena terhambatnya electron yang mengalir melalui kawat.
4. Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (∆G < 0) untuk membangkitkan energi listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk (rendah) diubah menjadi energi listrik. Sistem reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan
Kedua tipe sel menggunakan elektroda, yaitu zat yang menghantarkan listrik antara sel dan lingkungan dan dicelupkan dalam elektrolit (campuran ion) yang terlibat dalam reaksi atau yang membawa muatan.
Pemilihan larutan elektrolit karena larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik yang disebabkan adanya proses ionisasi. Sehingga, apabila larutan elektrolit diganti larutan larutan non elektrolit, maka tidak terjadi redoks pada sel volta dan juga tidak dapat menghasilkan arus listrik karena larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion). Sehingga tidak dapat membawa muatan.
5. a. E0 yang besar  mengalami reduksi , E0 yang kecil mengalami Oksidasi
Reduksi : Fe2+   + 2e      —–          Fe              E0  = – 0,44 V
Oksidasi : Zn                   ——      Zn2+  + 2e   E0  = + 0,76V
Redoks :  Fe2+   + Zn   —–         Fe +  Zn 2+   E0 sel = +0,32 V
b. notasi sel :  Zn / Zn2+ //  Fe2+ / Fe
c. E0 sel positif, ma Reduksi : Cu2+(aq) + 2e-        Cu(s) E° = +0,34 volt

6.Oksidasi : Zn(s)                   
        Zn2+(aq) + 2e- E° = +0,76 volt
Redoks : Cu2+(aq) + Zn(s)
Cu(s) + Zn2+(aq) E°sel = +1,10 volt
Oleh karena E° positif, berarti reaksi berlangsung spontan.

Selain dari tanda E0 sel ,keberlangsungan suatu reaksi dapat diperkirakan dengan menggunakan deret Volta :
K  Ba  Ca  Na  Mg  Al  Zn Cr  Fe Ni  Co  Sn Pb (H) Cu  Hg  Ag  Pt  Au
Pada deret Volta, dari kiri ke kanan makin mudah
mengalami reaksi reduksi atau dari kanan ke kiri makin
mudah mengalami reaksi oksidasi. Logam-logam di sebelah
kiri atom H memiliki harga E° negatif. Adapun logam-logam
di sebelah kanan atom H memiliki harga E° positif.

Untuk  ;  reaksi
               X (s)  + y+ (aq) ———  X+ (aq)  + y (s)
Reaksi berlangsung jika logam x terletak disebelah kiri logam y
Contoh : Ni(s) + Pb2+ (aq)  ——-  Ni2+ (aq)  + Pb(s)
7. 1.      Sel volta merupakan suatu sel elektrokimia yang mengubah zat kimia menjadi energi listrik.
    2.      Katode(+) tempat terjadinya reduksi sedangkan pada anode(-) tempat terjadinya oksidasi.
     3.      Reaksi redoks dapat berlangsung spontan jika potensial sel lebih dari nol.
     4.      Pada voltmeter reaksi sel yang dapat berlangsung akan menunjukkan skala positif (bergerak ke kanan). Jika reaksi tersebut di balik, skala akan bergerak ke kiri dan tidak dapat terbaca. Besarnya skala dapat ditentukan menggunakan reaksi yang dapat berlangsung dengan membalik tanda (+) menjadi (-).
     5.      Membandingkan data dalam buku dan percobaan adalah hampir sama, tetapi ada selisih dikarenakan adanya variabel pengganggu selama percobaan









BAB III
KESIMPULAN
1.   Sel volta merupakan suatu sel elektrokimia yang mengubah zat kimia menjadi energi listrik.
2.   Katode(+) tempat terjadinya reduksi sedangkan pada anode(-) tempat terjadinya oksidasi.
3.   Reaksi redoks dapat berlangsung spontan jika potensial sel lebih dari nol.
4.  Pada voltmeter reaksi sel yang dapat berlangsung akan menunjukkan skala positif (bergerak ke kanan). Jika reaksi tersebut di balik, skala akan bergerak ke kiri dan tidak dapat terbaca. Besarnya skala dapat ditentukan menggunakan reaksi yang dapat berlangsung dengan membalik tanda (+) menjadi (-).
5.   Membandingkan data dalam buku dan percobaan adalah hampir sama, tetapi ada selisih dikarenakan adanya variabel pengganggu selama percobaan.